(Membaca Ulang Babad Giyanti)
Lagi baca-baca lagi Babad Giyanti, yang membagi Kerajaan Mataram jadi dua: Yogyakarta dan Surakarta.
Tapi selagi saya baca, ada fakta sejarah menarik yang selama ini sejak sekolah saya abaikan. Fakta bahwa gara-gara Geger Pecinan 1740, Sunan Pakubuwono II memindahkan kratonnya dari Kartosura ke daerah Solo. Mulai 1745, Kraton Surakarta resmi berjalan.
Fakta sejarah kedua, meskipun Rusuh Pecinan 1740 itu pada akhirnya memang berhadapannya Cina dengan pasukannya Pakubuwono II, tapi yang bikin gara-gara awal itu VOC alias Kumpeni Belanda. Gara gara pergesekan itu, timbullah perseteruan segitiga yang rumit. Antara Belanda, Kerajaan Mataram, dan Cina.
Awalnya Pakubuwono II berkomitmen bersama dengan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said(Pangeran Samber Nyawa), untuk bersekutu dengan Cina menggempur Kumpeni Belanda. Tapi kemudian, entah apa sebabnya, Pakubuwono II berbalik haluan, membela Belanda, melawan Cina. Sehingga akhirnya pemberontakan Cina terhadap Belanda jadi melemah, dan akhirnya berhasil ditumpas.
Nah dari perkembangan ini, Proxy War Belanda rupanya berhasil membelah Kraton Surakarta. Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said, kekeuh untuk tetap melawan Belanda. Musuh pokok adalah Belanda. Cina itu kembangan aja, kira kira gitu lah. Sedangkan Pakubuwono II beranggapan dengan tumpasnya pemberontakan Cina dalam Geger Pecinan 1740, urusan sudah selesai. Bersekutu dengan penjajah Belanda, sah sah saja. Gampangannnya gitu lah.
Sementara itu, meski ada tentangan keras dari Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said, Pakubuwono II malah makin mesra menjalin persekutuan dengan Belanda.
Alhasil, Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said, menjalin ikrar bersama bersekutu melawan Pakubuwono II. Pokoknya melawan Belanda merupakan harga mati. Karena perang berlarut-larut, akhirnya 1755 disepakati kekuasaan Mataram belah dua.
Pangeran Mangkubuwmi, dapat Yogyakarta dan sekitarnya, bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Sedangkan Pakubuwono II dapat sebagian besar daerah di Surakarta. Sedangkan Raden Mas
Said, dapat wilayah utara Solo, yang kemudian jadi Kraton Mangkunegaran. Raden Said alias Pangeran Samber Nyawa, bergelar Raja Mangkunegara I.
Said, dapat wilayah utara Solo, yang kemudian jadi Kraton Mangkunegaran. Raden Said alias Pangeran Samber Nyawa, bergelar Raja Mangkunegara I.
Apa hikmah dari peristiwa bersejarah yang terdokumentasi melalui Babad Giyanti tersebut? Hati-hati dengan Proxy War yang dimainkan Asing. Pakubuwono II, Sultan Hamengkubuwono I, dan Raja Mangkunegara I, telah menjadi sasaran Perang Proxy dari Belanda dan Cina.
Maka itu, waspadai agen-agen Van Mook dan Van der Plas yang sepertinya sejak 1948, 1965, 1998, masih tetap mengaktifkan jaringan jaringannnya di Indonesia untuk memainkan peran aktif dalam operasi-operasi politik dan Perang Psikologis di Indonesia.
Pada awalnya, kalau saya telisik kronologi yang bermuara pada Geger Pecinan 1740, sebenarnya awal mulanya justru gesekan antara Kumpeni Belanda versus komunitas Cina di tanah Jawa. Sehingga pihak Belanda dan komunitas Cina sama sama membujuk pemain pemain kunci di Kraton Mataram, untuk bersekutu di pihaknya.
0 komentar:
Posting Komentar