Sekitar pada abad ke 17 tepatnya tahun 1738 Masehi, Kerajaan Mataram (sudah Islam bukan mataram Kuno) mengadakan pertemuan agung, dimana seluruh Bupati tiap-tiap kota berkumpul di Ngayogyakarta. Yang namanya Bupati melakukan perjalanan dinas yang jauh (sekitar 315km Gresik-keraton), untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan terhadap bupati, maka banyak prajurit tangguh di pusatkan untuk mengawal Bupati mereka masing-masing, demikian dengan Bupati Gresik. Kota Gresik yang sepi akan pengamanan menjadi sasaran empuk oleh cakraningrat IV dari Sampang Madura, untuk menguasai Gresik dengan mengerahkan Demangnya bernama Dewaraga yang kondang akan kesaktiannya beserta prajurit yang menggunakan banyak perahu saat malam hari
Ketika orang madura sampai di pendopo Gresik, prajurit dari Sampang menjarah harta di seluruh toko Gresik dan harta benda para pejabat Gresik, Para perempuan juga di rampas bahkan istri Bupati Gresik dan istri para pejabat Gresik serta seluruh anak perempuan pun di boyong ke Madura dengan menggunakan perahu pula. Pasukan Sampang yang sudah menguasai Wilayah Gresik menyuruh para pejabat Gresik menggunakan pakaian khas Madura serta di gundul rambutnya apabila tidak mau akan di siksa habis-habisan, dan saat itulah demang Dewaraga dari sampang mendeklarasikan dirinya sebagai Bupati Gresik.
Namun ada pejabat Gresik yang lolos dari kejaran pasukan Sampang dan melarikan diri ke keraton untuk melaporkan kejadian bahwa Gresik telah dikuasai Sampang. Mendengar Gresik yang di ambil Alih Madura secara Keji, Bupati ponorogo merasa simpati dan akan membantu bupati Gresik untung mengkondisikan kembali dengan memberi bantuan dalam bala pasukan elite ponorogo, yang tidak lain Warok.
(Disini terlihat uniknya, dari puluhan bupati yang hadir. Hanya bupati Ponorogo yang bersimpati dan siap membantu menyelesaikan kemelut di Gresik yang telah dikuasai sepenuhnya oleh pihak Sampang, Madura. Sayangnya dalam serat tidak ditulis siapakah bupati ponorogo ini)
Sebelumnya, Karena bantuan dari warok Ponorogo Keraton Mataram pernah terselamatkan dari seranganTrunojoyo dari Sampang, para warok diberikan sebuah tempat istimewa yang kini menjadi Kulonprogo.
Bupati Gresik dan Ponorogo melakukan perjalanan ke Gresik dengan singgah dahulu di Ponorogo untuk keperluan ekspedisi. dan dilanjutkan peralanan melalui rute madiun, nganjuk, jombang, mojokerto, dan membuat benteng sementara di salah satu daerah Gresik yang bernama Cerme. pasukan Gresik-Ponorogo mulai diserang oleh pasukan sampang, namun pasukan sampang kelah talak dan kocar-kacir. padahal pasukan sampang lebih banyak daripada Gresik-Ponorogo, antara 7000 banding 700 pasukan. Kegagalan pasukan madura menyerang pertahan Gesik ini membuat murka Cakraningrat IV, hingga dikerahkan para jawara untuk menyerbu, namun Terlambat bantuan para jawara ini yang berpapasan dengan pasukan Madura yang mengotong mayat temannya dan yang sedang terluka, perang pun terhindarkan para jawara dan demang Dewa Raga pun tewas saat perang.
Bupati Ponorogo dipersilahkan kembali ke Keraton, namun para Warok masih turut membantu pasukan Gresik untuk merebut alun-alun Gresik. Bupati Gresik mendapatkan tawaran bantuan dari VOC dan diterima oleh Bupati Gresik. pasukan sampang pun banyak yang melarikan diri ke madura, namun karena kemarahan warga Gresik turut membakar perahu-perahu madura, sehingga banyak pasukan sampang yang bersembunyi di pesisir Gresik yang kini bernama desa Meduran.
Cakraningrat IV pun meminta maaf keapada bupati Gresik, dan dikembalikannya istri bupati dan seluruh perempuan yang dibawa ke sampang sebelumnya dan memohon untuk dikasihani pasukan madura yang tidak bisa kembali ke sampang. tidak diketahui secara pasti kekalahan pasukan madura ketika perang terjadi, entah karena pusaka bupati Gresik ataupun lawan yang serang justru para warok ponorogo yang sudah terkenal kesaktiannya yang secara pakaian terdapat kemiripan justru menyerang balik, terlebih adik bupati ponorogo (batara katong) yang menjadi pengasa Sumenep yang merupakan kiblat dari seluruh kota madura.
Untuk mengantisipasi serangan mendadak dari Madura, maka bupati Gresik selanjutnya berasal dari Ponorogo hingga ke era R.M Soero Diwirjo yang lahir di Gresik. Kemenangan Gresik atas sampang ini yang berhasil mengusir pasukan sampang memutuskan cakraningrat untuk memindahaan warga sampang sebanyak 250.000 orang ke wilayah jawa yang kini dikenal dengan tapal kuda.
Setelah Gresik damai seperti sedia kala, dalam pertemuan bupati ponorogo dan bupati Gresik terjadi percakapan kecil.
"Piye Gersik?"
"Gresik..."
"Gegere wis Resik...
Hingga saat ini warga ponorogo di Gresik saling sinkronasi membaur dengan warga Gresik sejak lama. slain itu terdapat Group Reyog di Gresik baik dikelola desa/
Apakah ada yg punya babad gresiknya
BalasHapus