Selasa, 27 Desember 2016


Dikisahkan pada zaman kaliyuga di kerajaan Hastina, memerintahlah raja Mahaketu dengan permaisurinya Prajnyadhari. Mereka berdua sedang bersusah hati karena belum mempunyai keturunan, namun mereka tidak hentinya berdoa kepada sang Budha agar diberikan keturunan. Hingga akhirnya suatu saat sang Budha menampakkan dirinya dan berkata bahwa Beliau akan lahir sebagai putra dari Raja Mahaketu.
Beberapa lama kemudian lahirlah putra dari sang raja yang diberi nama Sutasoma, dia adalah pangeran yang sangat tampan dan juga cerdas. Sesudah pangeran dewasa, raja dan seluruh punggawa kerajaan meminta agar pangeran bersedia menjadi raja, namun tanpa disangka pangeran menolak menjadi raja dan memilih untuk menjadi pertapa. Tentu saja keinginan pangeran ini ditentang oleh raja dan ratu dan juga oleh para punggawa kerajaan. Semuanya silih berganti menasehatinya, namun pangeran tetap berkeras dengan keinginnanya.

Keesokan harinya, pangeran pergi meninggalkan istana untuk menjadi pertapa tanpa diketahui oleh siapapun dan tentu saja seisi Istana menajdi panik mencarinya dan raja dan ratu sangat berduka. Dikisahkan perjalanan pangeran ke hutan menuju gunung semeru, diperjalanan dia bertemu dengan para pertapa, dan sekali lagi para pertapa ini juga mengingatkan pangeran agar kembali ke istana untuk menjadi raja yang akan memberikan kedamaian pada dunia. Mengingat keadaan dunia yang sedang kacau akibat tingkah seorang raja yang bernama Purusada. Kemudian diceritakan juga asal-usul Purusada yang pada kehidupan sebelumnya bernama Suciloma yaitu seorang raksasa yang sangat sakti, namun akhirnya bisa dikalahkan oleh  Agrakumara yang merupakan titisan Budha. Suciloma kemudian menjadi seorang pertapa dan kemudian wafat. Suciloma lahir kembali menjadi putra dari raja Sudasa yang bernama Sudanda, pada awalnya dia adalah raja yang tekun dalam melakukan ajaran agama, dia kemudian diberi gelar Jayantaka. Akan tetapi setelah diberikan sebuah anugerah oleh Rudra, dia berubah menjadi raja yang bengis. Adapun sebab berubahnya sifat raja tesebut karena dia menyantap daging manusia secara tidak sengaja yang disiapkan oleh  juru masak instana. Sejak saat itu Jayantaka selalu ingin memakan daging manusia, dan dia menjadi penganut Bhairawa dan menjadi raja dari para raksasa serta menciptakan kekacauan di dunia. Oleh karena Jayantaka merupakan kelahiran dari Suciloma dan Sutasoma adalah titisan Budha maka hanya Sutasoma yang mampu mengalahkannya. Namun, Sutasoma tetap menolak untuk menjadi raja dan berperang, dia lebih memilih untuk menjadi pertapa.

Kemudian Sutasoma melanjutkan perjalanannya, dimana dia bertemua raksasa berkepala gajah yang menyerangnya, namun oleh kesucian pikirannya akhirnya raksasa yang bernama gajawaktra itupun tunduk kepadanya dan bersedia menjadi biksu pengikut Sutasoma. Ditengah perjalanan mereka kembali dihadang oleh seekor naga, namun akhirnya naga ini pun berhasil dikalahkan dan akhirnya menjadi pengikut Sutasoma juga. Di suatu tempat mereka bertemu dengan macan betina yang hendak memangsa anaknya karena susahnya mencari makanan di hutan itu. Oleh Sutasoma, dia merelakan dirinya untuk dimangsa oleh Macan betina tersebut asalkan anak macan tersebut dibebaskan. Macan tersebut setuju dan akhirnya Sutasoma dimakan oleh Macan tersebut dan dia pun meninggal. Setelah itu macan betina menjadi menyesal setelah membunuh orang yang baik hati, yang berhati mulya dan penuh cinta kasih. Oleh dewa Indra, Sutasoma dihidupkan kembali. Namun Sutasoma manjadi sedih hidup kembali, karena tujuannya adalah memang bersatu kembali dengan sang Budha. Namun Dewa Indra berkata bahwa pengorbanan Sutasoma adalah bentuk cinta kasihnya kepada kehidupan, dan dunia membutuhkan orang sepertia dia. Kemudian diceritakan Sutasoma memberikan wejangan agama kepada para pengikutnya yaitu gajawaktra, sang naga dan macan betina mengenai ajaran dharma yaitu jalan Siwa dan Budha.

Diceritakan kemudian mengenai pertapaan Sang Sutasoma, para dewa kemudian mengirim bidadari untuk menggoda tapa dari Sutasoma, namun itu tidak berhasil. Akhirnya kembali Dewa Indra turun ke dunia menjadi bidadari dan menggoda tapa Sutasoma namun tidak berhasil juga. Sutasoma kemudian berubah menjadi Wairocana (perwujudan Budha). Indra kemudian memberikan sembahnya dan mengingatkan kembali bahwa tujuan kelahiran Budha kembali bukanlah untuk menjadi pertapa melainkan untuk menegakkan kebenaran dan memberikan kedamain di dunia yaitu dengan menaklukan Purusada. Indra juga menceritakan bahwa saat ini Purusada sedang terluka dan dia berkaul kepada Bhatara Kala, jika dia sembuh dia akan menghaturkan 100 orang raja kepada Bhatara Kala. Akhirnya Sutasoma terbangun dari tapanya dan menyadari tugasnya di dunia ini dan dia memutuskan kembali ke kerajaannya.

Dalam perjalanan pulang, kembali dia bertemu dengan raksasa yang bernama Sudahana. Raksasa ini merupakan pengikut dari Purusada. Sudahana sedang terluka setelah diserang oleh Raja Dasabahu yang merupakan sepupu dari Sutasoma. Raksasa ini memohon agar diberikan pengampunan oleh Sutasoma dan berjanji akan menjalankan ajaran Budha setelah sembuh. Sutasoma mengabulkan permintaan raksasa tersebut, namu tiba-tiba datanglah Raja Dasabahu yang berkeinginan membunuh Sudahana, dia berpikiran bahwa Sutasoma adalah pelindungnya oleh karenanya dia menyerang Sutasoma.
abahu menyerang Sutasoma dengan bergai senjatanya, namun tidak ada satupun dari senjata itu yang bisa melukainya. Resi Kesawa kemudian menenangkan Dasabahu dan memberitahu bahwa yang dia serang adalah pangeran kerajaan Hastina yang juga adik sepupunya. Ayah dari Dasabahu adalah kakak dari Ibu Sutasoma. Dasabahu kemudian memberi hormat kepada Sutasoma dan kemudian meminta agar dia bersedia singgah ke Kerajaan Dasabahu dan menikah dengan adiknya. Sutasoma menolak permintaan tersebut dengan alasan harus segera kembali ke Hastina menemui orang tuanya. Namun Dasabahu memaksa dan mengancam akan membunuh raksasa Sudahana, jika Sutasoma tidak mengikuti keinginannya. Akhirnya Sutasoma bersedia mengikuti Dasabahu.

Kemudian diceritakan kegundahan Candrawati adik dari Dasabahu ketika tahu dia dijodohkan dengan Sutasoma. Dia takut jika sutasoma mau menikahinya hanya karena permintaan kakaknya, sedangkan bidadari yang menggoda Sutasoma saja tidak diindahkan olehnya, bagaimana mungkin dia bisa menaklukan hati sang pangeran. Dia juga merasa tidak nyaman karena tidak diberikan kebebasan memlih calon suaminya. Suraga salah seorang pengasuhnya kemudian memberikan wejangan kepadanya. Akhirnya Candrawati bersedia menemui Pangeran, namun dia masih ragu. Suraga berniat menyampaikan kepada Raja Dasabahu mengenai kegundahan adiknya agar raja membatalkan pernikahan tersebut. Namun Candrawati melarangnya, dia menyadari bahwa sebenarnya dia jatuh cinta kepada pangeran, dan tidak melihat ada yang buruk darinya, hanya saja dia masih ragu. Dia takut apabila nanti pangeran meninggalkannya untuk bertapa lagi dan juga dia merasa tidak sepadan dengan pangeran yang sangat ternama tersebut. Akhirnya pernikahan dilaksanakan dan selajutnya dikisahkan percintaan antara Sutasoma dan Candrawati hingga akhirnya mereka kembali ke Hastina dan akhirnya Sutasoma menjadi Raja disana.

Sementara itu diceritakan Purusada sedang berusaha mengumpukan 100 orang raja demi memenuhi janjinya kepada Bhatara Kala. Dikisahkanlah berbagai pertempuran yang dilewati oleh raja Porusada untuk mengumpulkan 100 orang raja tersebut. Hingga akhirnya dia berhasil mengumpulkan 100 Raja tersebut dan mengahturkannya ke Bhatara Kala. Namun, Bhatara Kala menolaknya karena meraka adalah raja hina, dia hanya menginginkan raja mulia yaitu Sutasoma. Mendengar hal tersebut Purusada segera bergerak bersama pasukannya ke Hastina untuk menangkap Sutasoma. Kabar kedatangan Pursada dan pasukannya segera menyebar, Sutasoma yang mendengar hal tersebut ingin menyerahkan dirinya agar tidak terjadi peperangan. Biarlah dia yang dikorbankan asalkan tidak terjadi peperangan, namun hal tersebut ditentang oleh seluruh raja bawahan yang dipimpin oleh Dasabahu, lalu mereka semua berangkat ke medan perang untuk melawan Purusada. Kemudian dikisahkan peperangan besar yang terjadi di padang Kuru antara pasukan Purusada dengan Dasabahu. Banyak yang menjadi korban baik di pihak raksasa maupun Hastina. Hingga akhirnya Dasabahu pun gugur.

Sutasoma yang mengetahui hal tersebut segera turun ke medan perang. Ajaibnya begitu  dia memasuki medan perang, semua raja yang telah gugur hidup kembali. Hal itu membuat purusada marah dan mengamuk dan menyerang Sutasoma, namun semua senjatanya tidak ada yang berhasil melukainya. Lalu Purusada berubah menjadi Kalaagnirudra (bentuk bhairawa dari rudra/siwa) dan bersiap menghancurkan segalanya. Segeralah para Dewa dan Rsi turun dan mengingatkan Rudra tentang hakikat mereka, bahwa sebenarnya Siwa dan Budha (Jina) itu adalah satu

"rwaneka dhatu winuwus wara budha wiswa, bhineki rakwa ring apan kena parwanosen, mangkang jinatwa kalawan siwatatwa tunggal, bhineka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa " (konon katanya budha dan siwa itu dua unsur berbeda, mereka memang berbeda, tapi bagaimana mengenali perbedaannya. karenanya yg diajarkan budha dan siwa itu satu/tunggal, berbeda mereka tetapi hakikatnya satu tidak ada dharma/kebenaran yg mendua) 

Kemudian Rudra menjadi tenang dan meninggalkan badan Purusada/Jayantaka, Jayantaka yang sudah tidak berdaya karena ditinggalkan oleh rudra. Sutasoma mengatakan kepada Jayantaka bahwa dia masih bersedia dikorbankan kepada Bhatara Kala dan berharap agar 100 raja yang lain dibebaskan oleh Bhatara Kala, biarlah dia sendiri yang dimakan oleh Bhatara Kala. Mendengar hal tersebut Jayantaka menjadi sangat hormat kepada Sutasoma. Dia mencegah Sutasoma mengorbankan dirinya, dia ingin berguru kepada Sutasoma. Tetapi Sutasoma tetap ingin berkorban agar 100 raja yang lain dibebaskan

Akhirnya mereka menghadapa Bhatara Kala, Sutasoma meminta agar 100 raja tersebut dibebaskan dan dia bersedia menyerahkan diri. Dia memberikan petuah kepada 100 Raja tersebut agat tidak balas dendam kepada Jayantaka. Setelah memberikan wejangan kepada 100 raja tersebut, Sutasoma kemudian ditelan oleh Bhatara kala yang berubah menjadi Naga Mahaanantabhoga. Namun ketika kakinya menyentuh perut sang naga, sang naga merasakan cinta kasih yang luar biasa hingga akhirnya dia tercerahkan. Bhatara Kala kemudian menyembah Sutasoma dan menjadi biksu. Sutasoma kemudian memberikan wejangan mengenai ajaran Budha terutama wajrayana. Bhatara Kala berkat tapanya kemudian berubah menjadi Hyang Pasupati dan Sutasoma digantikan anaknya yaitu Arrdhana sebagai raja Hastina


0 komentar:

Posting Komentar

SEWELASAN

AGENDA

  • MENGOLEKSI
  • BERKEGIATAN
  • NAPAK TILAS

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget